Selasa, 20 November 2012

anemia

MAKALAH PADA PASIEN Ny. L DENGAN KASUS ANEMIA PADA IBU HAMIL Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas system Hematologi I Disusun Oleh: Kelompok 2 1. Ade Nuria 2. Agus Dian 3. Devi Nurjanah 4. Efa Nurliani 5. Faujan Aziz 6. Frisca Fransiska 7. Guruh Taofik I. 8. Nunut Suciworo 9. Paris faizal 10. Pipin Novianti 11. Rizki Ali Zulfikar 12. Yulianti PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN (STIKKU) Jl. Lingkar Kadugede No. 02 Kuningan 2012 KATA PENGANTAR Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Illahi Rabbi, atas Rahmat dan Karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Sholawat beserta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Junjungan kita yakni “Habibana Wanabiana Muhammad SAW”. Kepada Keluarganya, sahabatnya, dan semoga sampai kepada kita selaku umatnya. Amin Dalam makalah ini membahas mengenai Anemia pada ibu hamil dan Anatomi Fisiologi sistem Hematologi. Makalah ini juga memaparkan mengenai definisi dari Anemia, Etiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan keperawatan, patofisiologi, dll. Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing kami dalam pembuatan makalah ini, terutama kepada : 1. Ibu Neneng Aria S.kep Ners selaku Tutor kelompok II 2. Bapak aria pranata S.kep Ners selaku Tutor kelompok I 3. IbuNs. Khusnul Aeni M.kep Sp.jiwa selaku Tutor kelompok III Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.oleh karena itu, kami mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna kesempurnaan pembuatan makalah berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembacanya. Kuningan, November 2012 Penulis BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kondisi medis dapat memperburuk kehamilan. Kondisi medis yang paling sering muncul ialah anemia, khususnya anemia yang disebabkan oleh defisiensi besi atau asam fola, penyakit atau galur sel sabit (sickle cell trait) dan talasemia. Gangguan autoimun, pulmoner, saluran cerna, integument, dan neorologi juga dapat ditemukan. Aspek - aspek terkait kehamilan pada kondisi ini dibahas dalam bagian berikut. Anemia pada kehamilan di Indonesia masih tinggi, dengan angka nosional 65% yang setiap daerah mempunyai variasi berbeda. Anemia, gangguan medis yang paling umum ditemui pada masa hamil, mempengaruhi sekurang – kurangnya 20% wanita hamil. Wanita ini memiliki insiden komplikasi puerperal yang lebih tinggi, seperti infeksi, daripada wanita hamil dengan nilai hematologi normal. Anemia menyebabkan penurunan kapasitas darah untuk membawa oksigen. Jantung berupaya mengonpensasi kondisi ini dengan meningkatkan curah jantung. Upaya ini meningkatkan kebebasan kerja jantung dan menekan fungsi ventricular. Dengan demikian, anemia yang menyertai komplikasi lain (misalnya, preeklampsia) dapat mengakibatkan jantung kongestif. Apabila seorang wanita mengalami anemia selama hamil, kehilangan darah pada saat ia melahirkan, bahkan kalaupun minimal, tidak ditoleransi dengan baik. Ia berisiko membutuhkan transfusi darah. Sekitar 80% kasus anemia pada masa hamil merupakan anemia tipe defisiensi besi (Arias, 1993). Dua puluh persen (20%) sisanya mencakup kasus anemia herediter dan berbagai variasi anemia didapat, termasuk anemia defisiensi asam folat, anemia sel sabit dan talasemia. A. TUJUAN 1. Tujuan umum Mengidentifikasi system hematologi 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui dan memahami anatomi dan fisiologi sistem hematologi b. Untuk mendalami masalah anemia pada ibu hamil B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang sesuai dengan kasus di atas, maka penulis membuat rumusan masalah yaitu bagaimana caranya Mengidentifikasi system hematologi pada penderita anemia khususnya pada ibu hamil. C. METODE PENULISAN Penulis mencantumkan bahwa: BAB I pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan umum, tujuan khusus, rumusan masalah, dan metode penulisan. BAB II tinjauan teoritis yang berisi anatomi fisiologi sistem hematologi, definisi dari anemia, Etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, dll. BAB III pembahasan kasus yang berisi soal kasus, dan jawaban kasus. BAB IV penutup yang berisi kesimpulan dan saran. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 DEFINISI Anemia adalah kondisi dimana jumlah sel darah merah dan atau konsentrasi hemoglobin turun di bawah normal (Donna L. Wong). Anemia adalah suatu kondisi dimana kadarHb dan/atau hitung eritrosit lebih rendah dariharga normal. Dikatakan sebagai anemia bilaHb <14 g/dl dan Ht < 41 % pada pria atau Hb <12 g/dl dan Ht <37 % pada wanita (ArifMansjoer,dkk. 2001) Anemia adalah berkurangnya jumlaheritrosit serta jumlah hemoglobin dalam 1mm3darah atau berkurangnya volume sel yangdipadatkan (packed red cells volume) dalam100 ml darah (Ngastiyah, 1997) 2.2 MANIFESTASI KLINIS 2.2.1 Pada ibu hamil a. Ibu mengeluh cepat lelah, b. Sering pusing, c. Mata berkunang-kunang, d. Malaise, e. Lidah luka, f. Nafsu makan turun (anoreksia), g. Konsentrasi hilang, h. Nafas pendek (pada anemia parah); dan i. Keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda. 2.2.2 Tanda dan Gejala secara umum a. Keletihan, malaise, atau mudah megantuk b. Pusing atau kelemahan c. Sakit kepala d. Lesi pada mulut dan lidah e. Aneroksia,mual, atau muntah f. Kulit pucat g. Mukosa membrane atau kunjung tiva pucat h. Dasar kuku pucat i. Takikardi 2.3 ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERNAFASAN 1. Eritrosit (sel darah merah )Tidak berinti, mengandung Hb (protein yang mengandung senyawa hemin dan globin yangmempunyai daya ikat terhadap O2 dan CO2), bentuk bikonkav, dibuat dalam sumsum merah tulang pipih sedang pada bayi dibentuk dalam hati. Dalam 1 mm 3 terkandung ± 5 juta eritrosit(laki-laki) dan ± 4 juta eritrosit (wanita). Setelah tua sel darah merah akan dirombak oleh hatidan dijadikan zat warna empedu (bilirubin). Pembentukan sel darah merah (Eritropoesis) Pembentukan darah dimulai dari adanya sel induk hemopoetik (hematopoitietic cell). Selinduk yang paling primitif adalah sel induk plurifoten. Sel induk plurifoten berdiferensialmenjadi sel induk myeloid dan sel induk lymphoid, yang selanjutnya melalui proses yangkompleks dan rumit akan terbentuk sel-sel darah. Sel-sel eritroid akan menjadi eritrosit,granulositik, dan monositik akan menjadi granulosit dan monosit serta megakariositik menjaditrombosit. Dalam pembentukan darah memerlukan bahan-bahan seperti vitamin B12, asam folat, zat besi, cobalt, magnesium, tembaga (Cu), senk (Zn), asam amino, vitamin C dan B kompleks. Kekurangan salah satu unsure atau bahan pembentuk sel darah merah mengakibatkan penurunan produksi atau anemia. Eritroblast berasal dari sel induk primitive myeloid dalam sumsum tulang. Proses diferensiasidari sel primitive menjadi eritroblast ini distimulasi oleh sel eritropoietin yang diproduksi oleh ginjal. Jika terjadi penurunan kadar oksigen dalam darah atau hipoksia maka produksi hormonini meningkat dan produksi sel darah merah juga meningkat.Eritrosit hidup dan beredar dalam darah tepi rata-rata 120 hari. Setelah 120 hari akanmengalami prosese penuaan. Apabila destrusi sel darah merah terjadi sebelum waktunya ataukurang dari 120 hari disebut hemolisis yang biasanya terjadi pada thalasemia. 2. Haemoglobin Haemoglobin adalah pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah,suatu protein yang mempunyai berat molekul 64.450. Sintesis haemoglobin dimulai dalam proeritroblas dan kemudian dilanjutkan sedikit dalam stadium retikulosit, karena ketika retikulositmeninggalkan sumsum tulang dan masuk ke dalam aliran darah, maka retikulosit tetapmembentuk sedikit mungkin haemoglobin selama beberapa hari berikutnya.Tahap dasar kimiawi pembentukan haemoglobin. Pertama, suksinil KoA, yang dibentuk dalam siklus krebs berikatan dengan glisin untuk membentuk molekul pirol. Kemudian, empat pirol bergabung untuk membentuk protoporfirin IX yang kemudian bergabung dengan besi untuk membentuk molekul heme. Akhirnya, setiap molekul heme bergabung dengan rantai polipeptida panjang yang disebut globin, yang disintetis oleh ribosom, membentuk suatu sub unithemoglobulin yang disebut rantai hemoglobin.Terdapat beberapa variasi kecil pada rantai sub unit hemoglobin yang berbeda, bergantung pada susunan asam amino di bagian polipeptida. Tipe-tipe rantai itu disebut rantaialfa, rantai beta, rantai gamma, dan rantai delta. Bentuk hemoglobin yang paling umum padaorang dewasa, yaitu hemoglobin A, merupakan kombinasi dari dua rantai alfa dan dua rantai beta. Katabolisme hemoglobin Hemoglobin yang dilepaskan dari sel sewaktu sel darah merah pecah, akan segera difagosit olehsel-sel makrofag di hampir seluruh tubuh, terutama di hati (sel-sel kupffer), limpa dan sumsumtulang. Selama beberapa jam atau beberapa hari sesudahnya, makrofag akan melepaskan besiyang didapat dari hemoglobin, yang masuk kembali ke dalam darah dan diangkut oleh transferinmenuju sumsum tulang untuk membentuk sel darah merah baru, atau menuju hati dari jaringanlain untuk disimpan dalam bentuk faritin. Bagian porfirin dari molekul hemoglobin diubah olehsel-sel makrofag menjadi bilirubin yang disekresikan hati ke dalam empeduPada keadaan normal disintetis hemoglobin A (adult : A1) yang terdiri dari 2 rantai alfadan dua rantai beta. Kadarnya mencapai lebih kurang 95 % dsari seluruh hemoglobin. Sisanyaterdiri dari hemoglobin A2 yang mempunyai 2 rantai alfa dari 2 rantai delta sedangkan kadarnyatidak lebih dari 2 % pada keadaan normal. Haemoglobin F (foetal) setelah lahir Foetus senantiasamenurun dan pada usia 6 bulan mencapai kadar seperti orang dewasa, yaitu tidak lebih dari 4%, pada keadaan normal. Hemoglobin F terdiri dari 2 rantai alfa dan 2 rantai gamma. Leukosit (leukosit)Mempunyai inti, setiap 1 mm3 mengandung 6000 – 9000 sel darah putih, bergerak bebas secaraameboid, berfungsi melawan kuman secara fagositosis, dibentuk oleh jaringan retikuloendothelium disumsum tulang untuk granulosit dan kelenjar limpha untuk agranulosit.Leukosit, meliputi : a. Granulosit : merpakan sel darah putih yang bergranula. b. Neutrofil : granula merah kebiruan, bersifat fagosit. c. Basofil : granula biru, fagosit. d. Eosinofil : granula merah, fagosit. e. Agranulosit : merupakan sel darah putih yang sitoplasmanya tidak bergranula. f. Monosit : inti besar, bersifat fagosit, dapat bergerak cepat. g. Limphosit : inti sebuah, untuk imunitas, tidak dapat bergerak 3. Leukosit yang merupakan sel – sel bergranula : eosionofil, basofil dan neutrofil dan tidak bergranula : limfosit T dan B, monosit, makrofag. Limfosit B bersirkulasi dalam darah, saat adaantigen maka limfosit B akan berikatan dengan antigen (Rx antigen –antibody) 4. Limfosit T yang belum matang bermigrasi menuju thymus, setelah matang beredar dalam darah, jika bertemu antigen, limfosit T akan mengeluarkan zat – zat kimia yang melawan mikroorganisme patogen serta menstimulai leukosit lainnya.Monosit terbentuk di sumsum tulang belakang, masuk ke dalam sirkulasi dalam bentuk immatur dan mengalami proses pematangan menjadi makrofag setelah masuk jaringan.Sedangkan makrofag dapat tetap berdiam di jaringan, atau digunakan dalam reaksi peradangansegera setelah sel ini matang. Neutrofil, basofil dan eosionofil berfungsi sebagai fagosit. Selain itu basofil berfungsi sebagai sel mast dan mengeluarkan peptida vasoaktif 3. Trombosit (sel darah pembeku)Tidak berinti dan mudah pecah, bentu tidak teratur, berperan dalam pembekuan darah, keadaannormal 1 mm3 mengandung 200.000 – 300.000 butir trombosit. 2.4 ETIOLOGI Menurut Mochtar( 1998) penyeban anemia pada umunya adalah : a. Perdarahan b. Kekurangan gizi seperti : zat besi, vitamin B 12dan asam folat. c. Penyakit kronik, seperti gagal ginjal, abses paru, bronkiektasis, empiema, d. Kelainan darah e. Ketidaksanggupan sum-sum tulang membentuk sel-sel darah. f. Malabsorpsi Penyebab anemia pada kehamilan : a. Meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin b. Kurangnya asupan zat besi pada makanan yang dikonsumsi ibu hamil c. Pola makan ibu terganggu akibat mual selama kehamilan d. Adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi (Fe) e. Pada wanita akibat persalinan sebelumnya dan menstruasi. 2.5 PATOFISIOLOGI Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah. Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera. Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998). Sedangkan patofisiologi Pada ibu hamil, Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dari pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester ke II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterem serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasenta, yang menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron. 2.6 KOMPLIKASI a. Gagal jantung b. Parestisia c. Kejang d. Cardiomegaly e. Congestive heart failure f. Gastritis g. Paralysis h. Paranoia i. Hallucination and delusion j. Infeksi genoturia k. Pada ibu hamil Anemia dapat terjadi pada setiap ibu hamil, karena itulah kejadian ini harus selalu diwaspadai. a. Anemia yang terjadi saat ibu hamil Trimester I akan dapat mengakibatkan : abortus, missed abortus dan kelainan kongenital. b. Anemia pada kehamilan trimester II dapat menyebabkan : persalinan prematur, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia aintrauterin sampai kematian, BBLR, gestosis dan mudah terkena infeksi, IQ rendah dan bahkan bisa mengakibatkan kematian. c. Saat inpartu, anemia dapat menimbulkan gangguan his baik primer maupun sekunder, janin akan lahir dengan anemia, dan persalinan dengan tindakan yang disebabkan karena ibu cepat lelah. Saat post partum anemia dapat menyebabkan: tonia uteri, rtensio placenta, pelukaan sukar sembuh, mudah terjadi febris puerpuralis dan gangguan involusio uteri. 2.7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK a. Kadar porfirin eritrosit bebas ---- meningkat b. Konsentrasi besi serum ------- menurun c. Saturasi transferin ------ menurun d. Konsentrasi feritin serum ---- menurun e. Hemoglobin menurun f. Rasio hemoglobin porfirin eritrosit ---- lebih dari 2,8 ug/g adalah diagnostic untuk defisiensi besi g. Mean cospuscle volume ( MCV) dan mean cospuscle hemoglobin concentration ( MCHC ) ---- menurun menyebabkan anemia hipokrom mikrositik atau sel-sel darah merah yang kecil-kecil dan pucat. h. Selama pengobatan jumlah retikulosit ---- meningkat dalam 3 sampai 5 hari sesuadh dimulainya terapi besi mengindikasikan respons terapeutik yang positif. i. Dengan pengobatan, hemoglobin------- kembali normal dalam 4 sampai 8 minggu mengindikasikan tambahan besi dan nutrisi yang adekuat. 2.8 PENATALAKSANAAN MEDIS Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang. Penatalaksanaan anemia berdasarkan penyebabnya, yaitu : 1. Anemia aplastik: Dengan transplantasi sumsum tulang dan terapi immunosupresif dengan antithimocyte globulin ( ATG ) yang diperlukan melalui jalur sentral selama 7-10 hari. Prognosis buruk jika transplantasi sumsum tulang tidak berhasil. Bila diperlukan dapat diberikan transfusi RBC rendah leukosit dan platelet ( Phipps, Cassmeyer, Sanas & Lehman, 1995 ). 2. Anemia pada penyakit ginjal o Pada paien dialisis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam folat o Ketersediaan eritropoetin rekombinan 2. Anemia pada penyakit kronis Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat. 3. Anemia pada defisiensi besi Dengan pemberian makanan yang adekuat. Pada defisiensi besi diberikan sulfas ferosus 3 x 10 mg/hari. Transfusi darah diberikan bila kadar Hb kurang dari 5 gr %. Pada defisiensi asam folat diberikan asam folat 3 x 5 mg/hari. 5. Anemia megaloblastik o Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM. o Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi. o Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi. 6. Anemia pasca perdarahan ; Dengan memberikan transfusi darah dan plasma. Dalam keadaan darurat diberikan cairan intravena dengan cairan infus apa saja yang tersedia. 7. Anemia hemolitik ; Dengan penberian transfusi darah menggantikan darah yang hemolisis. 2.9 PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN A. Suplemen 1. Vitamin prenatal yang mengandung asam folat dan zat besi 2. Satu sampai dua milligram asam folat per hari untuk memperbaiki defisiens asam folat. 3. Suplemen zat besi, dengan pertimbangan bahwa anemia megaloblastik jarang terjadi tanpa anemia defisiensi zat besi. B. Konseling gizi 1. Kaji diet pasien 2. Rekomendasikan sumber-sumber asam folat dalam diet 3. Rujuk ke ahli gizi C. Hitung darah lengkap 1. Ulangi hitung darah lengkap dalam 1 bulan. 2. Perhatikan adanya peningkatan hitung retikulosit sebesar 3-4% dalam 2-3 minggu, dan sedikit peningkatan pada hitung Hb dan Ht. 2.10 PATHWAY < nutrisi, pejanan toksik, invasi tumor, Rendahnya cadangan Fe, pola makan terganggu akibat mual, Keb. Zat besi me u/ pertumbuhan janin, persalinan Kegagalan sum-sum tulang < informasi Hemolisis (perdarahan) px. Bertanya2 Sel darah merah menghilang kompartemen sel penghantar O2 gelisah Terjadi lisis sel darah merah dalam system retikuloendotelial / zat nutrisi Terutama dalam hati dan limfa ke sel ber gg. rasa aman: cemas Pe kadar HB & sel darah merah (eritrosit) gg. Perfusi jaringan Anemia Suplay PaO2 me pe tek. Saraf simfatis merangsang SSP (N.10) fatique memicu/mengeluarkan hormone pe asam lambung histamine & bradikinin kelemahan merangsang kemosensitif anoreksia dan reseptor nyeri malaise mual,muntah sinaps di kornu doesalis intoleransi medulla spinalis nutrisi < kebutuhan aktivitas thalamus pengeluaran cairan >> cortex celebri resti < vol. cairan nyeri/pusing pada kepala gg. rasa nyaman cemas Sumber : kel. 2 BAB III PEMBAHASAN KASUS 3.1 TRIGGER CASE IV BLOK SISTEM RESPIRASI Ny. L umur 25 tahun, bekerja sebagai pedagang bubur ayam keliling sedang hamil 5 bulan dirawat disebuah Rumah Sakit Kuningan dengan keluhan merasa sangat lelah, sakit kepala dan penglihatan berkunang-kunang. Hasil pemeriksaan kesadaran composmentis, fatigue, malaise, TD : 100/60 mmHg, suhu : 36,7 0 C, nadi : 112x/menit, RR : 24x/menit. Terpasang NaCL 15 tetes/ menit. Hasil pemeriksaan lab darah menunjukkan nilai Hb 8 gr %. Terapi pengobatan : folamil 1x1 tab, ranitidin 2x1 tab Hasil wawancara lebih jauh Ny. L mengatakan sebelumnya pernah mengalami keguguran 2 kali. Selain itu, Ny. L juga mengeluh saat hamil sekarang sering lemas, muntah-muntah pusing bahkan penglihatan kabur dan gelap sehingga mengharuskannya istirahat total. 3.2 PERTANYAAN UNTUK ANALISA 1. Setelah membaca dan menjawab beberapa pertanyaan yang muncul dari kasus diatas, coba diskusikan sistem organ apa yang terkait masalah diatas? Jelaskan dengan menggunakan peta konsep struktur anatomi organ yang terkait serta mekanisme fisiologis sistem organ itu bekerja! 2. Coba saudara buat clinical pathway dari masalah keperawatan utama pada kasus diatas! 3. Menurut saudara apa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada kasus diatas? 4. Tindakan-tindakan dan intervensi keperawatan apa yang seharusnya dilakukan seorang perawat untuk mengatasi masalah keperawatan utama pasien dan keluarga pasien diatas! 1.2 JAWABAN KASUS 1. Anatomi dan fisiologi a. Eritrosit (sel darah merah )Tidak berinti, mengandung Hb (protein yang mengandung senyawa hemin dan globin yangmempunyai daya ikat terhadap O2 dan CO2), bentuk bikonkav, dibuat dalam sumsum merah tulang pipih sedang pada bayi dibentuk dalam hati. Dalam 1 mm 3 terkandung ± 5 juta eritrosit(laki-laki) dan ± 4 juta eritrosit (wanita). Setelah tua sel darah merah akan dirombak oleh hatidan dijadikan zat warna empedu (bilirubin). Pembentukan sel darah merah (Eritropoesis) Pembentukan darah dimulai dari adanya sel induk hemopoetik (hematopoitietic cell). Selinduk yang paling primitif adalah sel induk plurifoten. Sel induk plurifoten berdiferensialmenjadi sel induk myeloid dan sel induk lymphoid, yang selanjutnya melalui proses yangkompleks dan rumit akan terbentuk sel-sel darah. Sel-sel eritroid akan menjadi eritrosit,granulositik, dan monositik akan menjadi granulosit dan monosit serta megakariositik menjaditrombosit. Dalam pembentukan darah memerlukan bahan-bahan seperti vitamin B12, asam folat, zat besi, cobalt, magnesium, tembaga (Cu), senk (Zn), asam amino, vitamin C dan B kompleks. Kekurangan salah satu unsure atau bahan pembentuk sel darah merah mengakibatkan penurunan produksi atau anemia. Eritroblast berasal dari sel induk primitive myeloid dalam sumsum tulang. Proses diferensiasidari sel primitive menjadi eritroblast ini distimulasi oleh sel eritropoietin yang diproduksi oleh ginjal. Jika terjadi penurunan kadar oksigen dalam darah atau hipoksia maka produksi hormonini meningkat dan produksi sel darah merah juga meningkat.Eritrosit hidup dan beredar dalam darah tepi rata-rata 120 hari. Setelah 120 hari akanmengalami prosese penuaan. Apabila destrusi sel darah merah terjadi sebelum waktunya ataukurang dari 120 hari disebut hemolisis yang biasanya terjadi pada thalasemia. b. Haemoglobin Haemoglobin adalah pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah,suatu protein yang mempunyai berat molekul 64.450. Sintesis haemoglobin dimulai dalam proeritroblas dan kemudian dilanjutkan sedikit dalam stadium retikulosit, karena ketika retikulositmeninggalkan sumsum tulang dan masuk ke dalam aliran darah, maka retikulosit tetapmembentuk sedikit mungkin haemoglobin selama beberapa hari berikutnya.Tahap dasar kimiawi pembentukan haemoglobin. Pertama, suksinil KoA, yang dibentuk dalam siklus krebs berikatan dengan glisin untuk membentuk molekul pirol. Kemudian, empat pirol bergabung untuk membentuk protoporfirin IX yang kemudian bergabung dengan besi untuk membentuk molekul heme. Akhirnya, setiap molekul heme bergabung dengan rantai polipeptida panjang yang disebut globin, yang disintetis oleh ribosom, membentuk suatu sub unithemoglobulin yang disebut rantai hemoglobin.Terdapat beberapa variasi kecil pada rantai sub unit hemoglobin yang berbeda, bergantung pada susunan asam amino di bagian polipeptida. Tipe-tipe rantai itu disebut rantaialfa, rantai beta, rantai gamma, dan rantai delta. Bentuk hemoglobin yang paling umum padaorang dewasa, yaitu hemoglobin A, merupakan kombinasi dari dua rantai alfa dan dua rantai beta. Katabolisme hemoglobin Hemoglobin yang dilepaskan dari sel sewaktu sel darah merah pecah, akan segera difagosit olehsel-sel makrofag di hampir seluruh tubuh, terutama di hati (sel-sel kupffer), limpa dan sumsumtulang. Selama beberapa jam atau beberapa hari sesudahnya, makrofag akan melepaskan besiyang didapat dari hemoglobin, yang masuk kembali ke dalam darah dan diangkut oleh transferinmenuju sumsum tulang untuk membentuk sel darah merah baru, atau menuju hati dari jaringanlain untuk disimpan dalam bentuk faritin. Bagian porfirin dari molekul hemoglobin diubah olehsel-sel makrofag menjadi bilirubin yang disekresikan hati ke dalam empeduPada keadaan normal disintetis hemoglobin A (adult : A1) yang terdiri dari 2 rantai alfadan dua rantai beta. Kadarnya mencapai lebih kurang 95 % dsari seluruh hemoglobin. Sisanyaterdiri dari hemoglobin A2 yang mempunyai 2 rantai alfa dari 2 rantai delta sedangkan kadarnyatidak lebih dari 2 % pada keadaan normal. Haemoglobin F (foetal) setelah lahir Foetus senantiasamenurun dan pada usia 6 bulan mencapai kadar seperti orang dewasa, yaitu tidak lebih dari 4%, pada keadaan normal. Hemoglobin F terdiri dari 2 rantai alfa dan 2 rantai gamma. Leukosit (leukosit)Mempunyai inti, setiap 1 mm3 mengandung 6000 – 9000 sel darah putih, bergerak bebas secaraameboid, berfungsi melawan kuman secara fagositosis, dibentuk oleh jaringan retikuloendothelium disumsum tulang untuk granulosit dan kelenjar limpha untuk agranulosit.Leukosit, meliputi : h. Granulosit : merpakan sel darah putih yang bergranula. i. Neutrofil : granula merah kebiruan, bersifat fagosit. j. Basofil : granula biru, fagosit. k. Eosinofil : granula merah, fagosit. l. Agranulosit : merupakan sel darah putih yang sitoplasmanya tidak bergranula. m. Monosit : inti besar, bersifat fagosit, dapat bergerak cepat. n. Limphosit : inti sebuah, untuk imunitas, tidak dapat bergerak c. Leukosit yang merupakan sel – sel bergranula : eosionofil, basofil dan neutrofil dan tidak bergranula : limfosit T dan B, monosit, makrofag. Limfosit B bersirkulasi dalam darah, saat adaantigen maka limfosit B akan berikatan dengan antigen (Rx antigen –antibody) d. Limfosit T yang belum matang bermigrasi menuju thymus, setelah matang beredar dalam darah, jika bertemu antigen, limfosit T akan mengeluarkan zat – zat kimia yang melawan mikroorganisme patogen serta menstimulai leukosit lainnya.Monosit terbentuk di sumsum tulang belakang, masuk ke dalam sirkulasi dalam bentuk immatur dan mengalami proses pematangan menjadi makrofag setelah masuk jaringan.Sedangkan makrofag dapat tetap berdiam di jaringan, atau digunakan dalam reaksi peradangansegera setelah sel ini matang. Neutrofil, basofil dan eosionofil berfungsi sebagai fagosit. Selain itu basofil berfungsi sebagai sel mast dan mengeluarkan peptida vasoaktif 3. Trombosit (sel darah pembeku)Tidak berinti dan mudah pecah, bentu tidak teratur, berperan dalam pembekuan darah, keadaannormal 1 mm3 mengandung 200.000 – 300.000 butir trombosit. 2. Ada di halaman……………. 3. Diagnose dan intervensi No Dx keperawatan Tujuan Intervensi Rasional 1 gg. perubahan perfusi jaringan b.d kompartemen sel penghantar O2 atau zat nutrisi ke sel ber d.d penglihatan kabur berkunang-kunang. TU : gg. Perfungsi jaringan tidak terjadi TK: penglihatannya niormal kembali dan tidak berkunang-kunang a. Awasi TTV, kaji CRT, warna kulit dan membaran mukosa, dasar kuku. b. Tinggikan kepala, tempat tidur sesuai tolenasi c. Awasi upaya pernafasan : auskultasi bunyi nafas, perhatikan bunyi adventisius, d. Kaji respon perbal melambat , mudah terserang, agitasi, gg. Memori dan bingun e. Selidiki keluhan nyeri dada, palpitasi f. Orienhtasikan ulang pasien sesuai dengan kebutuhan g. Catat keluhan rasa dingin h. Hindari bantalan penghangat / botol air panas i. Kolaborasi dengan dokter kulit dalam pemberian obat 2 gg. intoleransi aktivitas b. d suplai PaO2 menurun, fatique d.d pasien Nampak lemah TU : Gg. Intoleransi aktifitas dapat diatasi TK : pasien dapat beraktiftis secara mandiri a. Kaji kemapuan pasien dalam beraktifitas b. Bantu pasien dalam melakukan aktifitas c. Anjurkan klien tidak beraktifitas berat d. Kolaborasi dalam pemberian vitamin Pasien tidak bedrest dan beraktifitas kembali 3 Gg. Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake dan output yang tidak seimbang dan peningkatan asam lambung d.d mual, muntah dan tidak nafsu makan TU : kebutuhan nutrisi terpenuhi TK : nafsu makan meningkat, tidak mual dan muntah a. Kaji kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan b. Sajikan makanan semenarik mungkin c. Anjurkan makan sedikit tapi sering d. Kolaborasi dengan ahli gizi Kebutuhan asupan nutrisi klien terpenuhi 4 Gg. Rasa nyaman nyeri b.d adanya penekanan syaraf parasimpatis d.d pasien mengeluh pasien terasa pusing TU : Nyaman nyeri teratasi TK : nyeri berkurang sampai hilang a. Kaji skala nyeri, intentsitas b. Atur posisi senyaman mungkin c. Lakukan tekhnik distraksi dan relaksasi d. Berikan penkes tentang mengurangi nyeri e. Kolaborasi dalam pemberian analgetik Agar pasien tidak mengeluh sakit dan pusing 5 Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit b.d ketidakseimbangan intake dan output d.d muntah TU : kebutuhan cairan dan elektrolit terpenuhi TK : pasien tidak dehidrasi a. Kaji dehidrasi pasien b. Kaji jenis cairan yang dibutuhkan c. Hitung tetesan cairan yang akan diberikan d. Anjurkan banyak minum e. Kolaborasi dalam terapi cairan 6 Gg. Rasa aman : cemas b.d kekurangan pengetahuan tentang penyakit d.d pasien bertanya-tanya dan gelisah TU : gangguan rasa aman teratasi TK : pasien tidak terlihat cemas a. Kaji tingkat kemampuan klien b. Ajak pasien untuk berdiskusi c. Berikan penkes Klien dan keluarga diharapkan dapat mengetahui dan memahami tenyang penyakit 3.3 ANALISA SINTESA Berdasarkan kasus di atas bahwa klien mengalami penyakit Anemia. Dengan dibuktikan dengan beberapa gejala seperti sangat lelah, fatique, malaise, muntah-muntah, bahkan penglihatan kabur. Dan hasil pemeriksaan fisik seperti TD :100/60 mmHg, Nadi: 112x/menit, dan suhu : 36,7C. disertai pula dengan pemeriksaan lab menunjukan nilai Hb : 8 gr%. Untuk terapi pengobatan dapat dengan menggunakan folamil, ranitidine 2x1 tab.   BAB IV SIMPULAN DAN SARAN 4.1 SIMPULAN Anemia adalah suatu kondisi dimana kadarHb dan/atau hitung eritrosit lebih rendah dariharga normal. Dikatakan sebagai anemia bilaHb <14 g/dl dan Ht < 41 % pada pria atau Hb <12 g/dl dan Ht <37 % pada wanita. Adapun makanan yang dapat meningkatkan darah dengan penderita anemia ini dengan makan-makanan mengandung zat besi dan protein. 4.2 SARAN anemia ini dapat kita cegah dengan cara berpola hidup sehat dalam makanan maupun dalam berolahraga sehingga darah dapat mengalir seperti jalurnya. Kita sebagai perawat dalam menghadapi klien anemia ini dapat dengan mengecek darah klien kemudian memberikan intervensi yang tepat bagi klien DAFTAR PUSTAKA

anemia

MAKALAH PADA PASIEN Ny. L DENGAN KASUS ANEMIA PADA IBU HAMIL Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas system Hematologi I Disusun Oleh: Kelompok 2 1. Ade Nuria 2. Agus Dian 3. Devi Nurjanah 4. Efa Nurliani 5. Faujan Aziz 6. Frisca Fransiska 7. Guruh Taofik I. 8. Nunut Suciworo 9. Paris faizal 10. Pipin Novianti 11. Rizki Ali Zulfikar 12. Yulianti PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN (STIKKU) Jl. Lingkar Kadugede No. 02 Kuningan 2012 KATA PENGANTAR Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Illahi Rabbi, atas Rahmat dan Karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Sholawat beserta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Junjungan kita yakni “Habibana Wanabiana Muhammad SAW”. Kepada Keluarganya, sahabatnya, dan semoga sampai kepada kita selaku umatnya. Amin Dalam makalah ini membahas mengenai Anemia pada ibu hamil dan Anatomi Fisiologi sistem Hematologi. Makalah ini juga memaparkan mengenai definisi dari Anemia, Etiologi, manifestasi klinis, penatalaksanaan keperawatan, patofisiologi, dll. Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing kami dalam pembuatan makalah ini, terutama kepada : 1. Ibu Neneng Aria S.kep Ners selaku Tutor kelompok II 2. Bapak aria pranata S.kep Ners selaku Tutor kelompok I 3. IbuNs. Khusnul Aeni M.kep Sp.jiwa selaku Tutor kelompok III Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.oleh karena itu, kami mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna kesempurnaan pembuatan makalah berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembacanya. Kuningan, November 2012 Penulis BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kondisi medis dapat memperburuk kehamilan. Kondisi medis yang paling sering muncul ialah anemia, khususnya anemia yang disebabkan oleh defisiensi besi atau asam fola, penyakit atau galur sel sabit (sickle cell trait) dan talasemia. Gangguan autoimun, pulmoner, saluran cerna, integument, dan neorologi juga dapat ditemukan. Aspek - aspek terkait kehamilan pada kondisi ini dibahas dalam bagian berikut. Anemia pada kehamilan di Indonesia masih tinggi, dengan angka nosional 65% yang setiap daerah mempunyai variasi berbeda. Anemia, gangguan medis yang paling umum ditemui pada masa hamil, mempengaruhi sekurang – kurangnya 20% wanita hamil. Wanita ini memiliki insiden komplikasi puerperal yang lebih tinggi, seperti infeksi, daripada wanita hamil dengan nilai hematologi normal. Anemia menyebabkan penurunan kapasitas darah untuk membawa oksigen. Jantung berupaya mengonpensasi kondisi ini dengan meningkatkan curah jantung. Upaya ini meningkatkan kebebasan kerja jantung dan menekan fungsi ventricular. Dengan demikian, anemia yang menyertai komplikasi lain (misalnya, preeklampsia) dapat mengakibatkan jantung kongestif. Apabila seorang wanita mengalami anemia selama hamil, kehilangan darah pada saat ia melahirkan, bahkan kalaupun minimal, tidak ditoleransi dengan baik. Ia berisiko membutuhkan transfusi darah. Sekitar 80% kasus anemia pada masa hamil merupakan anemia tipe defisiensi besi (Arias, 1993). Dua puluh persen (20%) sisanya mencakup kasus anemia herediter dan berbagai variasi anemia didapat, termasuk anemia defisiensi asam folat, anemia sel sabit dan talasemia. A. TUJUAN 1. Tujuan umum Mengidentifikasi system hematologi 2. Tujuan khusus a. Untuk mengetahui dan memahami anatomi dan fisiologi sistem hematologi b. Untuk mendalami masalah anemia pada ibu hamil B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang sesuai dengan kasus di atas, maka penulis membuat rumusan masalah yaitu bagaimana caranya Mengidentifikasi system hematologi pada penderita anemia khususnya pada ibu hamil. C. METODE PENULISAN Penulis mencantumkan bahwa: BAB I pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan umum, tujuan khusus, rumusan masalah, dan metode penulisan. BAB II tinjauan teoritis yang berisi anatomi fisiologi sistem hematologi, definisi dari anemia, Etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, dll. BAB III pembahasan kasus yang berisi soal kasus, dan jawaban kasus. BAB IV penutup yang berisi kesimpulan dan saran. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 DEFINISI Anemia adalah kondisi dimana jumlah sel darah merah dan atau konsentrasi hemoglobin turun di bawah normal (Donna L. Wong). Anemia adalah suatu kondisi dimana kadarHb dan/atau hitung eritrosit lebih rendah dariharga normal. Dikatakan sebagai anemia bilaHb <14 g/dl dan Ht < 41 % pada pria atau Hb <12 g/dl dan Ht <37 % pada wanita (ArifMansjoer,dkk. 2001) Anemia adalah berkurangnya jumlaheritrosit serta jumlah hemoglobin dalam 1mm3darah atau berkurangnya volume sel yangdipadatkan (packed red cells volume) dalam100 ml darah (Ngastiyah, 1997) 2.2 MANIFESTASI KLINIS 2.2.1 Pada ibu hamil a. Ibu mengeluh cepat lelah, b. Sering pusing, c. Mata berkunang-kunang, d. Malaise, e. Lidah luka, f. Nafsu makan turun (anoreksia), g. Konsentrasi hilang, h. Nafas pendek (pada anemia parah); dan i. Keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda. 2.2.2 Tanda dan Gejala secara umum a. Keletihan, malaise, atau mudah megantuk b. Pusing atau kelemahan c. Sakit kepala d. Lesi pada mulut dan lidah e. Aneroksia,mual, atau muntah f. Kulit pucat g. Mukosa membrane atau kunjung tiva pucat h. Dasar kuku pucat i. Takikardi 2.3 ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERNAFASAN 1. Eritrosit (sel darah merah )Tidak berinti, mengandung Hb (protein yang mengandung senyawa hemin dan globin yangmempunyai daya ikat terhadap O2 dan CO2), bentuk bikonkav, dibuat dalam sumsum merah tulang pipih sedang pada bayi dibentuk dalam hati. Dalam 1 mm 3 terkandung ± 5 juta eritrosit(laki-laki) dan ± 4 juta eritrosit (wanita). Setelah tua sel darah merah akan dirombak oleh hatidan dijadikan zat warna empedu (bilirubin). Pembentukan sel darah merah (Eritropoesis) Pembentukan darah dimulai dari adanya sel induk hemopoetik (hematopoitietic cell). Selinduk yang paling primitif adalah sel induk plurifoten. Sel induk plurifoten berdiferensialmenjadi sel induk myeloid dan sel induk lymphoid, yang selanjutnya melalui proses yangkompleks dan rumit akan terbentuk sel-sel darah. Sel-sel eritroid akan menjadi eritrosit,granulositik, dan monositik akan menjadi granulosit dan monosit serta megakariositik menjaditrombosit. Dalam pembentukan darah memerlukan bahan-bahan seperti vitamin B12, asam folat, zat besi, cobalt, magnesium, tembaga (Cu), senk (Zn), asam amino, vitamin C dan B kompleks. Kekurangan salah satu unsure atau bahan pembentuk sel darah merah mengakibatkan penurunan produksi atau anemia. Eritroblast berasal dari sel induk primitive myeloid dalam sumsum tulang. Proses diferensiasidari sel primitive menjadi eritroblast ini distimulasi oleh sel eritropoietin yang diproduksi oleh ginjal. Jika terjadi penurunan kadar oksigen dalam darah atau hipoksia maka produksi hormonini meningkat dan produksi sel darah merah juga meningkat.Eritrosit hidup dan beredar dalam darah tepi rata-rata 120 hari. Setelah 120 hari akanmengalami prosese penuaan. Apabila destrusi sel darah merah terjadi sebelum waktunya ataukurang dari 120 hari disebut hemolisis yang biasanya terjadi pada thalasemia. 2. Haemoglobin Haemoglobin adalah pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah,suatu protein yang mempunyai berat molekul 64.450. Sintesis haemoglobin dimulai dalam proeritroblas dan kemudian dilanjutkan sedikit dalam stadium retikulosit, karena ketika retikulositmeninggalkan sumsum tulang dan masuk ke dalam aliran darah, maka retikulosit tetapmembentuk sedikit mungkin haemoglobin selama beberapa hari berikutnya.Tahap dasar kimiawi pembentukan haemoglobin. Pertama, suksinil KoA, yang dibentuk dalam siklus krebs berikatan dengan glisin untuk membentuk molekul pirol. Kemudian, empat pirol bergabung untuk membentuk protoporfirin IX yang kemudian bergabung dengan besi untuk membentuk molekul heme. Akhirnya, setiap molekul heme bergabung dengan rantai polipeptida panjang yang disebut globin, yang disintetis oleh ribosom, membentuk suatu sub unithemoglobulin yang disebut rantai hemoglobin.Terdapat beberapa variasi kecil pada rantai sub unit hemoglobin yang berbeda, bergantung pada susunan asam amino di bagian polipeptida. Tipe-tipe rantai itu disebut rantaialfa, rantai beta, rantai gamma, dan rantai delta. Bentuk hemoglobin yang paling umum padaorang dewasa, yaitu hemoglobin A, merupakan kombinasi dari dua rantai alfa dan dua rantai beta. Katabolisme hemoglobin Hemoglobin yang dilepaskan dari sel sewaktu sel darah merah pecah, akan segera difagosit olehsel-sel makrofag di hampir seluruh tubuh, terutama di hati (sel-sel kupffer), limpa dan sumsumtulang. Selama beberapa jam atau beberapa hari sesudahnya, makrofag akan melepaskan besiyang didapat dari hemoglobin, yang masuk kembali ke dalam darah dan diangkut oleh transferinmenuju sumsum tulang untuk membentuk sel darah merah baru, atau menuju hati dari jaringanlain untuk disimpan dalam bentuk faritin. Bagian porfirin dari molekul hemoglobin diubah olehsel-sel makrofag menjadi bilirubin yang disekresikan hati ke dalam empeduPada keadaan normal disintetis hemoglobin A (adult : A1) yang terdiri dari 2 rantai alfadan dua rantai beta. Kadarnya mencapai lebih kurang 95 % dsari seluruh hemoglobin. Sisanyaterdiri dari hemoglobin A2 yang mempunyai 2 rantai alfa dari 2 rantai delta sedangkan kadarnyatidak lebih dari 2 % pada keadaan normal. Haemoglobin F (foetal) setelah lahir Foetus senantiasamenurun dan pada usia 6 bulan mencapai kadar seperti orang dewasa, yaitu tidak lebih dari 4%, pada keadaan normal. Hemoglobin F terdiri dari 2 rantai alfa dan 2 rantai gamma. Leukosit (leukosit)Mempunyai inti, setiap 1 mm3 mengandung 6000 – 9000 sel darah putih, bergerak bebas secaraameboid, berfungsi melawan kuman secara fagositosis, dibentuk oleh jaringan retikuloendothelium disumsum tulang untuk granulosit dan kelenjar limpha untuk agranulosit.Leukosit, meliputi : a. Granulosit : merpakan sel darah putih yang bergranula. b. Neutrofil : granula merah kebiruan, bersifat fagosit. c. Basofil : granula biru, fagosit. d. Eosinofil : granula merah, fagosit. e. Agranulosit : merupakan sel darah putih yang sitoplasmanya tidak bergranula. f. Monosit : inti besar, bersifat fagosit, dapat bergerak cepat. g. Limphosit : inti sebuah, untuk imunitas, tidak dapat bergerak 3. Leukosit yang merupakan sel – sel bergranula : eosionofil, basofil dan neutrofil dan tidak bergranula : limfosit T dan B, monosit, makrofag. Limfosit B bersirkulasi dalam darah, saat adaantigen maka limfosit B akan berikatan dengan antigen (Rx antigen –antibody) 4. Limfosit T yang belum matang bermigrasi menuju thymus, setelah matang beredar dalam darah, jika bertemu antigen, limfosit T akan mengeluarkan zat – zat kimia yang melawan mikroorganisme patogen serta menstimulai leukosit lainnya.Monosit terbentuk di sumsum tulang belakang, masuk ke dalam sirkulasi dalam bentuk immatur dan mengalami proses pematangan menjadi makrofag setelah masuk jaringan.Sedangkan makrofag dapat tetap berdiam di jaringan, atau digunakan dalam reaksi peradangansegera setelah sel ini matang. Neutrofil, basofil dan eosionofil berfungsi sebagai fagosit. Selain itu basofil berfungsi sebagai sel mast dan mengeluarkan peptida vasoaktif 3. Trombosit (sel darah pembeku)Tidak berinti dan mudah pecah, bentu tidak teratur, berperan dalam pembekuan darah, keadaannormal 1 mm3 mengandung 200.000 – 300.000 butir trombosit. 2.4 ETIOLOGI Menurut Mochtar( 1998) penyeban anemia pada umunya adalah : a. Perdarahan b. Kekurangan gizi seperti : zat besi, vitamin B 12dan asam folat. c. Penyakit kronik, seperti gagal ginjal, abses paru, bronkiektasis, empiema, d. Kelainan darah e. Ketidaksanggupan sum-sum tulang membentuk sel-sel darah. f. Malabsorpsi Penyebab anemia pada kehamilan : a. Meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin b. Kurangnya asupan zat besi pada makanan yang dikonsumsi ibu hamil c. Pola makan ibu terganggu akibat mual selama kehamilan d. Adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi (Fe) e. Pada wanita akibat persalinan sebelumnya dan menstruasi. 2.5 PATOFISIOLOGI Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sum-sum tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang dapt terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah. Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direpleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang ; kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera. Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ penting, Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah, Lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah, 1998). Sedangkan patofisiologi Pada ibu hamil, Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dari pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester ke II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterem serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasenta, yang menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron. 2.6 KOMPLIKASI a. Gagal jantung b. Parestisia c. Kejang d. Cardiomegaly e. Congestive heart failure f. Gastritis g. Paralysis h. Paranoia i. Hallucination and delusion j. Infeksi genoturia k. Pada ibu hamil Anemia dapat terjadi pada setiap ibu hamil, karena itulah kejadian ini harus selalu diwaspadai. a. Anemia yang terjadi saat ibu hamil Trimester I akan dapat mengakibatkan : abortus, missed abortus dan kelainan kongenital. b. Anemia pada kehamilan trimester II dapat menyebabkan : persalinan prematur, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia aintrauterin sampai kematian, BBLR, gestosis dan mudah terkena infeksi, IQ rendah dan bahkan bisa mengakibatkan kematian. c. Saat inpartu, anemia dapat menimbulkan gangguan his baik primer maupun sekunder, janin akan lahir dengan anemia, dan persalinan dengan tindakan yang disebabkan karena ibu cepat lelah. Saat post partum anemia dapat menyebabkan: tonia uteri, rtensio placenta, pelukaan sukar sembuh, mudah terjadi febris puerpuralis dan gangguan involusio uteri. 2.7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK a. Kadar porfirin eritrosit bebas ---- meningkat b. Konsentrasi besi serum ------- menurun c. Saturasi transferin ------ menurun d. Konsentrasi feritin serum ---- menurun e. Hemoglobin menurun f. Rasio hemoglobin porfirin eritrosit ---- lebih dari 2,8 ug/g adalah diagnostic untuk defisiensi besi g. Mean cospuscle volume ( MCV) dan mean cospuscle hemoglobin concentration ( MCHC ) ---- menurun menyebabkan anemia hipokrom mikrositik atau sel-sel darah merah yang kecil-kecil dan pucat. h. Selama pengobatan jumlah retikulosit ---- meningkat dalam 3 sampai 5 hari sesuadh dimulainya terapi besi mengindikasikan respons terapeutik yang positif. i. Dengan pengobatan, hemoglobin------- kembali normal dalam 4 sampai 8 minggu mengindikasikan tambahan besi dan nutrisi yang adekuat. 2.8 PENATALAKSANAAN MEDIS Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang. Penatalaksanaan anemia berdasarkan penyebabnya, yaitu : 1. Anemia aplastik: Dengan transplantasi sumsum tulang dan terapi immunosupresif dengan antithimocyte globulin ( ATG ) yang diperlukan melalui jalur sentral selama 7-10 hari. Prognosis buruk jika transplantasi sumsum tulang tidak berhasil. Bila diperlukan dapat diberikan transfusi RBC rendah leukosit dan platelet ( Phipps, Cassmeyer, Sanas & Lehman, 1995 ). 2. Anemia pada penyakit ginjal o Pada paien dialisis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam folat o Ketersediaan eritropoetin rekombinan 2. Anemia pada penyakit kronis Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat. 3. Anemia pada defisiensi besi Dengan pemberian makanan yang adekuat. Pada defisiensi besi diberikan sulfas ferosus 3 x 10 mg/hari. Transfusi darah diberikan bila kadar Hb kurang dari 5 gr %. Pada defisiensi asam folat diberikan asam folat 3 x 5 mg/hari. 5. Anemia megaloblastik o Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM. o Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi. o Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi. 6. Anemia pasca perdarahan ; Dengan memberikan transfusi darah dan plasma. Dalam keadaan darurat diberikan cairan intravena dengan cairan infus apa saja yang tersedia. 7. Anemia hemolitik ; Dengan penberian transfusi darah menggantikan darah yang hemolisis. 2.9 PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN A. Suplemen 1. Vitamin prenatal yang mengandung asam folat dan zat besi 2. Satu sampai dua milligram asam folat per hari untuk memperbaiki defisiens asam folat. 3. Suplemen zat besi, dengan pertimbangan bahwa anemia megaloblastik jarang terjadi tanpa anemia defisiensi zat besi. B. Konseling gizi 1. Kaji diet pasien 2. Rekomendasikan sumber-sumber asam folat dalam diet 3. Rujuk ke ahli gizi C. Hitung darah lengkap 1. Ulangi hitung darah lengkap dalam 1 bulan. 2. Perhatikan adanya peningkatan hitung retikulosit sebesar 3-4% dalam 2-3 minggu, dan sedikit peningkatan pada hitung Hb dan Ht. 2.10 PATHWAY < nutrisi, pejanan toksik, invasi tumor, Rendahnya cadangan Fe, pola makan terganggu akibat mual, Keb. Zat besi me u/ pertumbuhan janin, persalinan Kegagalan sum-sum tulang < informasi Hemolisis (perdarahan) px. Bertanya2 Sel darah merah menghilang kompartemen sel penghantar O2 gelisah Terjadi lisis sel darah merah dalam system retikuloendotelial / zat nutrisi Terutama dalam hati dan limfa ke sel ber gg. rasa aman: cemas Pe kadar HB & sel darah merah (eritrosit) gg. Perfusi jaringan Anemia Suplay PaO2 me pe tek. Saraf simfatis merangsang SSP (N.10) fatique memicu/mengeluarkan hormone pe asam lambung histamine & bradikinin kelemahan merangsang kemosensitif anoreksia dan reseptor nyeri malaise mual,muntah sinaps di kornu doesalis intoleransi medulla spinalis nutrisi < kebutuhan aktivitas thalamus pengeluaran cairan >> cortex celebri resti < vol. cairan nyeri/pusing pada kepala gg. rasa nyaman cemas Sumber : kel. 2 BAB III PEMBAHASAN KASUS 3.1 TRIGGER CASE IV BLOK SISTEM RESPIRASI Ny. L umur 25 tahun, bekerja sebagai pedagang bubur ayam keliling sedang hamil 5 bulan dirawat disebuah Rumah Sakit Kuningan dengan keluhan merasa sangat lelah, sakit kepala dan penglihatan berkunang-kunang. Hasil pemeriksaan kesadaran composmentis, fatigue, malaise, TD : 100/60 mmHg, suhu : 36,7 0 C, nadi : 112x/menit, RR : 24x/menit. Terpasang NaCL 15 tetes/ menit. Hasil pemeriksaan lab darah menunjukkan nilai Hb 8 gr %. Terapi pengobatan : folamil 1x1 tab, ranitidin 2x1 tab Hasil wawancara lebih jauh Ny. L mengatakan sebelumnya pernah mengalami keguguran 2 kali. Selain itu, Ny. L juga mengeluh saat hamil sekarang sering lemas, muntah-muntah pusing bahkan penglihatan kabur dan gelap sehingga mengharuskannya istirahat total. 3.2 PERTANYAAN UNTUK ANALISA 1. Setelah membaca dan menjawab beberapa pertanyaan yang muncul dari kasus diatas, coba diskusikan sistem organ apa yang terkait masalah diatas? Jelaskan dengan menggunakan peta konsep struktur anatomi organ yang terkait serta mekanisme fisiologis sistem organ itu bekerja! 2. Coba saudara buat clinical pathway dari masalah keperawatan utama pada kasus diatas! 3. Menurut saudara apa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada kasus diatas? 4. Tindakan-tindakan dan intervensi keperawatan apa yang seharusnya dilakukan seorang perawat untuk mengatasi masalah keperawatan utama pasien dan keluarga pasien diatas! 1.2 JAWABAN KASUS 1. Anatomi dan fisiologi a. Eritrosit (sel darah merah )Tidak berinti, mengandung Hb (protein yang mengandung senyawa hemin dan globin yangmempunyai daya ikat terhadap O2 dan CO2), bentuk bikonkav, dibuat dalam sumsum merah tulang pipih sedang pada bayi dibentuk dalam hati. Dalam 1 mm 3 terkandung ± 5 juta eritrosit(laki-laki) dan ± 4 juta eritrosit (wanita). Setelah tua sel darah merah akan dirombak oleh hatidan dijadikan zat warna empedu (bilirubin). Pembentukan sel darah merah (Eritropoesis) Pembentukan darah dimulai dari adanya sel induk hemopoetik (hematopoitietic cell). Selinduk yang paling primitif adalah sel induk plurifoten. Sel induk plurifoten berdiferensialmenjadi sel induk myeloid dan sel induk lymphoid, yang selanjutnya melalui proses yangkompleks dan rumit akan terbentuk sel-sel darah. Sel-sel eritroid akan menjadi eritrosit,granulositik, dan monositik akan menjadi granulosit dan monosit serta megakariositik menjaditrombosit. Dalam pembentukan darah memerlukan bahan-bahan seperti vitamin B12, asam folat, zat besi, cobalt, magnesium, tembaga (Cu), senk (Zn), asam amino, vitamin C dan B kompleks. Kekurangan salah satu unsure atau bahan pembentuk sel darah merah mengakibatkan penurunan produksi atau anemia. Eritroblast berasal dari sel induk primitive myeloid dalam sumsum tulang. Proses diferensiasidari sel primitive menjadi eritroblast ini distimulasi oleh sel eritropoietin yang diproduksi oleh ginjal. Jika terjadi penurunan kadar oksigen dalam darah atau hipoksia maka produksi hormonini meningkat dan produksi sel darah merah juga meningkat.Eritrosit hidup dan beredar dalam darah tepi rata-rata 120 hari. Setelah 120 hari akanmengalami prosese penuaan. Apabila destrusi sel darah merah terjadi sebelum waktunya ataukurang dari 120 hari disebut hemolisis yang biasanya terjadi pada thalasemia. b. Haemoglobin Haemoglobin adalah pigmen merah yang membawa oksigen dalam sel darah merah,suatu protein yang mempunyai berat molekul 64.450. Sintesis haemoglobin dimulai dalam proeritroblas dan kemudian dilanjutkan sedikit dalam stadium retikulosit, karena ketika retikulositmeninggalkan sumsum tulang dan masuk ke dalam aliran darah, maka retikulosit tetapmembentuk sedikit mungkin haemoglobin selama beberapa hari berikutnya.Tahap dasar kimiawi pembentukan haemoglobin. Pertama, suksinil KoA, yang dibentuk dalam siklus krebs berikatan dengan glisin untuk membentuk molekul pirol. Kemudian, empat pirol bergabung untuk membentuk protoporfirin IX yang kemudian bergabung dengan besi untuk membentuk molekul heme. Akhirnya, setiap molekul heme bergabung dengan rantai polipeptida panjang yang disebut globin, yang disintetis oleh ribosom, membentuk suatu sub unithemoglobulin yang disebut rantai hemoglobin.Terdapat beberapa variasi kecil pada rantai sub unit hemoglobin yang berbeda, bergantung pada susunan asam amino di bagian polipeptida. Tipe-tipe rantai itu disebut rantaialfa, rantai beta, rantai gamma, dan rantai delta. Bentuk hemoglobin yang paling umum padaorang dewasa, yaitu hemoglobin A, merupakan kombinasi dari dua rantai alfa dan dua rantai beta. Katabolisme hemoglobin Hemoglobin yang dilepaskan dari sel sewaktu sel darah merah pecah, akan segera difagosit olehsel-sel makrofag di hampir seluruh tubuh, terutama di hati (sel-sel kupffer), limpa dan sumsumtulang. Selama beberapa jam atau beberapa hari sesudahnya, makrofag akan melepaskan besiyang didapat dari hemoglobin, yang masuk kembali ke dalam darah dan diangkut oleh transferinmenuju sumsum tulang untuk membentuk sel darah merah baru, atau menuju hati dari jaringanlain untuk disimpan dalam bentuk faritin. Bagian porfirin dari molekul hemoglobin diubah olehsel-sel makrofag menjadi bilirubin yang disekresikan hati ke dalam empeduPada keadaan normal disintetis hemoglobin A (adult : A1) yang terdiri dari 2 rantai alfadan dua rantai beta. Kadarnya mencapai lebih kurang 95 % dsari seluruh hemoglobin. Sisanyaterdiri dari hemoglobin A2 yang mempunyai 2 rantai alfa dari 2 rantai delta sedangkan kadarnyatidak lebih dari 2 % pada keadaan normal. Haemoglobin F (foetal) setelah lahir Foetus senantiasamenurun dan pada usia 6 bulan mencapai kadar seperti orang dewasa, yaitu tidak lebih dari 4%, pada keadaan normal. Hemoglobin F terdiri dari 2 rantai alfa dan 2 rantai gamma. Leukosit (leukosit)Mempunyai inti, setiap 1 mm3 mengandung 6000 – 9000 sel darah putih, bergerak bebas secaraameboid, berfungsi melawan kuman secara fagositosis, dibentuk oleh jaringan retikuloendothelium disumsum tulang untuk granulosit dan kelenjar limpha untuk agranulosit.Leukosit, meliputi : h. Granulosit : merpakan sel darah putih yang bergranula. i. Neutrofil : granula merah kebiruan, bersifat fagosit. j. Basofil : granula biru, fagosit. k. Eosinofil : granula merah, fagosit. l. Agranulosit : merupakan sel darah putih yang sitoplasmanya tidak bergranula. m. Monosit : inti besar, bersifat fagosit, dapat bergerak cepat. n. Limphosit : inti sebuah, untuk imunitas, tidak dapat bergerak c. Leukosit yang merupakan sel – sel bergranula : eosionofil, basofil dan neutrofil dan tidak bergranula : limfosit T dan B, monosit, makrofag. Limfosit B bersirkulasi dalam darah, saat adaantigen maka limfosit B akan berikatan dengan antigen (Rx antigen –antibody) d. Limfosit T yang belum matang bermigrasi menuju thymus, setelah matang beredar dalam darah, jika bertemu antigen, limfosit T akan mengeluarkan zat – zat kimia yang melawan mikroorganisme patogen serta menstimulai leukosit lainnya.Monosit terbentuk di sumsum tulang belakang, masuk ke dalam sirkulasi dalam bentuk immatur dan mengalami proses pematangan menjadi makrofag setelah masuk jaringan.Sedangkan makrofag dapat tetap berdiam di jaringan, atau digunakan dalam reaksi peradangansegera setelah sel ini matang. Neutrofil, basofil dan eosionofil berfungsi sebagai fagosit. Selain itu basofil berfungsi sebagai sel mast dan mengeluarkan peptida vasoaktif 3. Trombosit (sel darah pembeku)Tidak berinti dan mudah pecah, bentu tidak teratur, berperan dalam pembekuan darah, keadaannormal 1 mm3 mengandung 200.000 – 300.000 butir trombosit. 2. Ada di halaman……………. 3. Diagnose dan intervensi No Dx keperawatan Tujuan Intervensi Rasional 1 gg. perubahan perfusi jaringan b.d kompartemen sel penghantar O2 atau zat nutrisi ke sel ber d.d penglihatan kabur berkunang-kunang. TU : gg. Perfungsi jaringan tidak terjadi TK: penglihatannya niormal kembali dan tidak berkunang-kunang a. Awasi TTV, kaji CRT, warna kulit dan membaran mukosa, dasar kuku. b. Tinggikan kepala, tempat tidur sesuai tolenasi c. Awasi upaya pernafasan : auskultasi bunyi nafas, perhatikan bunyi adventisius, d. Kaji respon perbal melambat , mudah terserang, agitasi, gg. Memori dan bingun e. Selidiki keluhan nyeri dada, palpitasi f. Orienhtasikan ulang pasien sesuai dengan kebutuhan g. Catat keluhan rasa dingin h. Hindari bantalan penghangat / botol air panas i. Kolaborasi dengan dokter kulit dalam pemberian obat 2 gg. intoleransi aktivitas b. d suplai PaO2 menurun, fatique d.d pasien Nampak lemah TU : Gg. Intoleransi aktifitas dapat diatasi TK : pasien dapat beraktiftis secara mandiri a. Kaji kemapuan pasien dalam beraktifitas b. Bantu pasien dalam melakukan aktifitas c. Anjurkan klien tidak beraktifitas berat d. Kolaborasi dalam pemberian vitamin Pasien tidak bedrest dan beraktifitas kembali 3 Gg. Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake dan output yang tidak seimbang dan peningkatan asam lambung d.d mual, muntah dan tidak nafsu makan TU : kebutuhan nutrisi terpenuhi TK : nafsu makan meningkat, tidak mual dan muntah a. Kaji kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan b. Sajikan makanan semenarik mungkin c. Anjurkan makan sedikit tapi sering d. Kolaborasi dengan ahli gizi Kebutuhan asupan nutrisi klien terpenuhi 4 Gg. Rasa nyaman nyeri b.d adanya penekanan syaraf parasimpatis d.d pasien mengeluh pasien terasa pusing TU : Nyaman nyeri teratasi TK : nyeri berkurang sampai hilang a. Kaji skala nyeri, intentsitas b. Atur posisi senyaman mungkin c. Lakukan tekhnik distraksi dan relaksasi d. Berikan penkes tentang mengurangi nyeri e. Kolaborasi dalam pemberian analgetik Agar pasien tidak mengeluh sakit dan pusing 5 Resiko tinggi kekurangan volume cairan dan elektrolit b.d ketidakseimbangan intake dan output d.d muntah TU : kebutuhan cairan dan elektrolit terpenuhi TK : pasien tidak dehidrasi a. Kaji dehidrasi pasien b. Kaji jenis cairan yang dibutuhkan c. Hitung tetesan cairan yang akan diberikan d. Anjurkan banyak minum e. Kolaborasi dalam terapi cairan 6 Gg. Rasa aman : cemas b.d kekurangan pengetahuan tentang penyakit d.d pasien bertanya-tanya dan gelisah TU : gangguan rasa aman teratasi TK : pasien tidak terlihat cemas a. Kaji tingkat kemampuan klien b. Ajak pasien untuk berdiskusi c. Berikan penkes Klien dan keluarga diharapkan dapat mengetahui dan memahami tenyang penyakit 3.3 ANALISA SINTESA Berdasarkan kasus di atas bahwa klien mengalami penyakit Anemia. Dengan dibuktikan dengan beberapa gejala seperti sangat lelah, fatique, malaise, muntah-muntah, bahkan penglihatan kabur. Dan hasil pemeriksaan fisik seperti TD :100/60 mmHg, Nadi: 112x/menit, dan suhu : 36,7C. disertai pula dengan pemeriksaan lab menunjukan nilai Hb : 8 gr%. Untuk terapi pengobatan dapat dengan menggunakan folamil, ranitidine 2x1 tab.   BAB IV SIMPULAN DAN SARAN 4.1 SIMPULAN Anemia adalah suatu kondisi dimana kadarHb dan/atau hitung eritrosit lebih rendah dariharga normal. Dikatakan sebagai anemia bilaHb <14 g/dl dan Ht < 41 % pada pria atau Hb <12 g/dl dan Ht <37 % pada wanita. Adapun makanan yang dapat meningkatkan darah dengan penderita anemia ini dengan makan-makanan mengandung zat besi dan protein. 4.2 SARAN anemia ini dapat kita cegah dengan cara berpola hidup sehat dalam makanan maupun dalam berolahraga sehingga darah dapat mengalir seperti jalurnya. Kita sebagai perawat dalam menghadapi klien anemia ini dapat dengan mengecek darah klien kemudian memberikan intervensi yang tepat bagi klien DAFTAR PUSTAKA